Ilham Permana Desak Evaluasi Kebijakan Impor Demi Lindungi Industri Nasional

13-03-2025 / KOMISI VII
Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana. Foto : Jaka/Andri

PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, mengingatkan pemerintah akan ancaman serius terhadap industri nasional, akibat maraknya barang impor murah yang menggerus daya saing pelaku usaha dalam negeri. Fenomena ini bahkan telah memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor industri.

 

"Industri nasional kita sedang menghadapi tekanan besar dari masuknya barang impor murah, yang diperparah dengan lemahnya pengawasan dan regulasi yang lebih menguntungkan impor dibandingkan produksi dalam negeri," tegas Ilham dalam keterangan tertulis kepada Parlementaria di Jakarta, Kamis (13/3/2025).

 

Salah satu kebijakan yang mendapat sorotan adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8/2024, yang menghapus persyaratan pertimbangan teknis (Pertek) dalam impor. Menurut Ilham, aturan ini membuka pintu bagi masuknya barang impor secara tidak terkendali, sehingga banyak pelaku industri dalam negeri kesulitan bersaing.

 

“Pemerintah harus segera merevisi Permendag 8/2024 dan aturan lain yang merugikan industri nasional, seperti PMK No. 131/PMK.04/2018. Jika tidak, ancaman terhadap industri manufaktur kita akan semakin besar, dan kesempatan ekonomi yang hilang juga tidak sedikit,” ujar Politisi Fraksi Partai Golkar ini.

 

Ia juga mengkritik lambatnya proses revisi aturan impor yang dilakukan secara bertahap per komoditas. Proses ini, menurutnya, terlalu panjang dan berpotensi memberi celah lebih lama bagi masuknya barang impor tanpa kendali.

 

“Untuk satu komoditas seperti tekstil dan produk tekstil (TPT) saja, revisinya memakan waktu 3-4 bulan. Setelah itu, baru dilanjutkan ke sektor lain seperti elektronik dengan durasi yang sama. Jika ada tujuh komoditas yang harus direvisi, seluruh proses bisa memakan waktu lebih dari 21 bulan. Ini tidak masuk akal! Kalau aturan ini bisa dibuat dalam sehari, kenapa revisinya tidak bisa cepat dan menyeluruh?” kritiknya.

 

Selain itu, Ilham juga menyoroti ketimpangan dalam penerapan PMK No. 131/PMK.04/2018 tentang Kawasan Berikat. Menurutnya, kebijakan yang awalnya ditujukan untuk penguatan ekspor ini justru menjadi celah masuknya barang impor tanpa melalui Pertek, diperparah dengan berbagai fasilitas fiskal kepabeanan yang dinikmati perusahaan di kawasan tersebut.

 

“Permendag 8/2024 dan PMK No. 131/PMK.04/2018 jelas memperlemah daya saing industri dalam negeri dan bisa memperparah gelombang PHK,” tegasnya.

 

Sebagai wakil rakyat di Komisi VII DPR RI yang membidangi sektor perindustrian, Ilham menegaskan bahwa pemerintah harus menunjukkan keberpihakan nyata terhadap industri nasional. Ia juga mendorong langkah tegas dalam penegakan hukum terhadap mafia impor yang dinilai memperburuk situasi.

 

“Kita tidak bisa membiarkan industri manufaktur kita rontok karena aturan yang merugikan mereka. Jika revisi kebijakan ini tidak segera dipercepat, kita akan kehilangan lebih banyak lapangan pekerjaan dan kesempatan ekonomi bagi rakyat kita,” pungkasnya. (ssb/rdn)

BERITA TERKAIT
Komisi VII Minta Pemerintah Perluas Keterlibatan UMKM dalam Program MBG
08-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Chusnunia Chalim, mendorong pemerintah untuk memperluas keterlibatan pelaku Usaha Mikro, Kecil,...
Komisi VII Dorong Skema Royalti Lagu Diatur Ulang
07-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty menyoroti pentingnya perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) namun...
Khawatir Status UNESCO Dicabut, Kaji Ulang Izin Resort di TN Komodo
05-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Evita Nursanty meminta Kementerian Kehutanan (Kemenhut) untuk mengkaji ulang pemberian Izin...
Apresiasi Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Industri Harus Jadi Lokomotif Pemerataan
05-08-2025 / KOMISI VII
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, menyampaikan apresiasi atas capaian pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12 persen...